Beranda | Artikel
Saudaraku, walaupun badai menghadang
Jumat, 8 Mei 2009

Ketahuilah saudaraku … zaman yang kita hidup saat ini sungguh sangat memberatkan. Setiap orang yang menjalankan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti akan mendapatkan cemoohan. Malah orang yang bergelimang dengan kemaksiatan dan bid’ah itulah yang sering mendapatkan pujian.

Jika kita lihat, kaum muslimin malah sering mencemooh orang yang berpegang teguh dengan ajaran Islam. Orang yang bercadar dibilang ‘ninja’. Orang yang berjenggot dibilang ‘kambing’. Orang yang celananya cingkrang (di atas mata kaki) dibilang ‘kebanjiran’. Bahkan orang-orang seperti ini dimasukkan ke dalam aliran sesat seperti orang yang celananya cingkrang malah dikatakan LDII (yang dulu bernama lemkari dan telah dinyatakan sebagai aliran sesat oleh MUI).

Tetapi kami sangat mengherankan. Tidak ada orang yang mencela artis yang goyang ‘ngebor’, yang berpose telanjang di majalah-majalah. Malah yang dicela dan diejek adalah orang-orang yang memakai jilbab atau memakai cadar yang melaksanakan ajaran Nabi.

Begitu juga yang sering dicemooh adalah orang yang berjenggot dengan gelaran ‘kambing’. Malah orang yang sering mencukur jenggot dan tentu saja dengan mengeluarkan biaya yang termasuk pemborosan tidak dicela.

Orang yang memakai celana di atas mata kaki juga demikian, sering sekali dicemooh. Padahal celana di atas mata kaki akan membuat celana semakin bersih dan terhindar dari najis sebagaimana disebutkan dalam hadits yang sudah kami bawakan sebelumnya. Orang-orang yang celana biasa menyeret tanah biasanya tidak dicela, padahal model celana semacam itu lebih mudah terkena najis.

Itulah keadaan manusia saat ini. Semua serba terbalik. Pemikiran manusia saat ini sudah tak karuan. Yang baik dibilang jelek dan yang jelek dibilang baik.

Oleh karena itu, banyak di antara saudara-saudara kami yang sebelumnya memang istiqomah dengan agama ini perlahan-lahan pun melepaskan agamanya. Di antara sebabnya adalah adanya berbagai cemoohan dari masyarakat.

Di antara saudara-saudara kami sebelumnya sangat bersemangat sekali memakai celana di atas mata kaki dan memelihara lihyah (jenggot) sehingga terlihat begitu gagah dengan salah satu tanda kepriaannya. Namun dikarenakan adanya teguran dari orang tua yang belum memahami agama; atau karena tidak mendapatkan suasana lingkungan yang mendukung dengan seringnya bergaul bersama orang-orang yang fasik; atau dikarenakan pula tuntutan dunia kerja yang mengharuskan mencukur jenggot dan celana tidak boleh cingkrang, maka di antara saudara kami –yang kami sangat merindukan mereka kembali kepada kebenaran yang mereka pegang dahulu- secara berangsur-angsur menghilangkan ajaran Nabi pada dirinya. –Na’udzu billahi mindzalik-

Tulisan ini adalah lembaran yang kami sengaja sajikan kepada saudara-saudara kami, agar mereka hendaknya kembali ke jalan yang dulu mereka tempuh.

Saudaraku …  perhatikanlah hadits berikut, semoga kalian mendapatkan petunjuk dan hidayah dari Allah Ta’ala.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menuliskan surat kepada Mu’awiyah. Isinya sebagai berikut.

سَلاَمٌ عَلَيْكَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ ». وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ.

“Salam untukmu. Amma Ba’du. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Barangsiapa mencari ridho Allah dengan membuat manusia murka, maka Allah akan bereskan urusannya dengan sesama manusia. Tetapi barangsiapa mencari ridho manusia dengan membuat Allah murka maka Allah akan serahkan orang tersebut kepada manusia‘ Wassalamu ‘alaika. (HR. Tirmidzi. Dalam As Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Al Qoulul Mufid mengatakan, ”Apabila seseorang mencari ridho Rabbnya dengan niat yang tulus, maka Allah akan ridho kepadanya karena dialah yang paling mulia dari hamba-Nya … karena hati seseorang di antara dua jari dari jari-jemari Allah Ta’ala. Allah-lah yang membolak-balikkan hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. … Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia namun membuat Allah murka, maka hasilnya adalah dia akan mendapatkan lawan dari maksudnya tersebut.”

Oleh karena, itu sabarlah saudaraku dengan cemoohan yang ada. Janganlah engkau menanggalkan ajaran Nabimu sehingga membuat Allah murka. Cobalah menjelaskan kepada ortumu bahwa ajaran yang kamu pegang adalah ajaran Nabi dan ajaran yang benar, bukan aliran sesat.

Jelaskanlah hal ini dengan lemah lembut sebagaimana pada firman Allah Ta’ala,

وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan ucapkanlah kepada mereka (kedua orang tua0 perkataan yang mulia.” (QS. Al Isro’ [17] : 23) Dalam tafsir Al Jalalain ditafsirkan dengan ‘ucapkanlah perkataan yang indah dan lemah-lembut’.

Carilah pula teman-teman yang dapat mendukungmu bisa istiqomah. Lihatlah para shahabat Nabi bisa istiqomah karena mereka sering bergaul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus (Q.S. Ali Imran [3] : 101).

Dalam ayat lain Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur) (Q.S. At Taubah [9] : 119).

Dalam sebuah hadist yang hasan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنَ النَّاسِ نَاسًا مَفَاتِيْحَ لِلْخَيْرِ وَمَغَالِيْقَ لِلشَّرِّ

Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang keberadaan mereka sebagai pembuka (pintu) kebaikan dan penutup (pintu) kejelekan. (HR. Ibnu Majah, Al Baihaqi. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani). Oleh karena itu, bergaullah dengan orang-orang sholih yang selalu membuka pintu-pintu kebaikan dan mengajarkannya.

Dan kami nasehatkan pula, jika memang tempat kerja yang dicari menawarkan agar jenggot dicukur atau celana diturunkan, maka janganlah terima perkerjaan semacam itu. Ingatlah rizki Allah itu luas. Masih banyak pekerjaan lain yang bisa dicari. Mengapa kita harus mengorbankan akhirat untuk mendapatkan dunia yang hina?

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأولَى

“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Adh Dhuha [93] : 4)

Ibnu Katsir mengatakan, ”Dan negeri akhirat itu lebih baik bagimu dari negeri dunia ini. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling zuhud di dunia (meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat, pen). Sebagaimana telah diketahui dalam sejarahnya bahwa tatkala beliau disuruh memilih di akhir hidupnya antara hidup kekal di dunia sampai akhirnya kemudian masuk surga ataukah memilih karunia di sisi Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya memilih apa yang ada di sisi Allah karena dunia adalah hina (daniyah).”

Agar tetap diteguhkan hati ingatlah sebuah do’a yang selalu dibaca oleh Nabi. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah do’a,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik “ artinya ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’ (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shohihul Jami’).

Ya Hayyu, Ya Qoyyum. Wahai Zat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal. Dengan rahmat-Mu, kami memohon kepada-Mu. Perbaikilah segala urusan kami dan janganlah Engkau sandarkan urusan tersebut pada diri kami, walaupun hanya sekejap mata. Amin Yaa Mujibbas Sa’ilin.

Diselesaikan pada Siang Hari, di Pangukan-Sleman, 20 Dzulqodah 1429 H

Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel asli: https://rumaysho.com/24-saudaraku-walaupun-badai-menghadang.html